CEO Franklin Templeton, Jenny Johnson, menyatakan keyakinannya bahwa pemerintahan baru Donald Trump akan bekerja menuju kejelasan regulasi yang mengintegrasikan keuangan tradisional (TradFi) dan kripto. Dilansir dari laman Cointelegraph, dalam wawancara bersama Bloomberg pada 21 Januari, Johnson menegaskan bahwa langkah ini akan membawa efisiensi dan inovasi besar bagi sektor keuangan.
“Kita akan mulai melihat TradFi dan kripto menyatu, sesuatu yang sangat kita butuhkan,” ujar Johnson. Ia juga menekankan pentingnya regulasi yang jelas untuk mendukung penurunan biaya dan memanfaatkan potensi teknologi blockchain.
Johnson memprediksi bahwa blockchain akan menjadi fondasi bagi produk keuangan seperti ETF dan reksa dana di masa depan. “Kemungkinan besar, ETF dan reksa dana akan dibangun di atas blockchain karena teknologinya sangat efisien,” tambahnya.
Pernyataan ini muncul setelah Trump menandatangani serangkaian perintah eksekutif pada hari pertamanya menjabat pada 20 Januari. Meskipun tidak ada kebijakan khusus terkait kripto yang diumumkan, dukungan pro-kripto selama masa kampanye menciptakan ekspektasi positif.
Ratusan anggota Kongres dengan agenda pro-kripto kini juga menjadi bagian dari pemerintahan. Hal ini membuat banyak pihak percaya bahwa AS akan menjadi lebih ramah terhadap industri kripto dibanding sebelumnya.
Namun, Johnson memperingatkan bahwa meskipun ada peluang besar, beberapa inisiatif kripto mungkin berakhir hanya sebagai “kebisingan,” mirip dengan gelembung dot-com pada akhir 1990-an. “Sebagian akan meledak, tapi beberapa akan menjadi perusahaan terbesar dalam dekade berikutnya,” katanya, mengacu pada pola yang pernah terjadi di era internet.
Dengan potensi blockchain yang terus berkembang, integrasi TradFi dan kripto di bawah kepemimpinan Trump diharapkan membuka jalan baru bagi sektor keuangan global.
Leave a Reply